KENDAL, KOMPAS.com - Perajin tempe di Kendal, Jawa
Tengah, mogok produksi mulai Senin (9/9/2013) hingga dua hari ke depan.
Aksi mogok produksi ini diawali dengan melakukan aksi demo di depan
kantor Primkopti Harum Kendal di Weleri. Mereka membawa beberapa
tulisan, salah satunya berbunyi "SBY, Turunkan Harga Kedelai".
Dalam
aksinya, selain menyuarakan penolakan kenaikan harga kedelai, mereka
juga menyebar dan menginjak-injak kedelai. Menurut salah seorang perajin
tempe, Sutrimo (40), aksi mogok produksi dilakukan sebagai bentuk
protes mereka atas kenaikan harga kedelai.
Jika tidak mendapat
tanggapan dari pemerintah pusat, mereka mengancam bakal
berbondong-bondong ke Jakarta untuk menemui SBY. “Kalau teman-teman di
Jakarta mogok 3 hari, tetapi kita mogok produksi 2 hari,” katanya.
Sutrimo
menjelaskan, akibat kenaikan harga bahan baku tempe tersebut, kini para
perajin tempe terpaksa mengurangi produksinya hingga 50 persen. Ia yang
biasanya memproduksi 50 kilogram kedelai setiap hari, kini hanya bisa
produksi sekitar 25 kilogram saja.
“Kalau harga kedelai terus naik, kita nggak bisa produksi. Kalau nggak produksi, anak istri kita mau dikasih makan apa?” teriaknya.
Menurut
Sutrimo, harga ideal kedelai supaya perajin bisa melanjutkan usahanya,
maksimal Rp 7.000 per kilogram. Namun sekarang harganya mencapai Rp
9.300 hingga Rp 9.600 setiap kilogram. Ia berharap pemerintah bisa
mengambil tindakan untuk menurunkan harga kedelai, sehingga bisa kembali
berproduksi dengan normal.
“Saat krisis moneter lalu kurs
tembus Rp 17.000 (per 1 dolar AS), tetapi harga kedelai saat itu cuma Rp
5.000/kilogram. Jadi kami harap ada tindakan pemerintah untuk
menurunkan harga kedelai,” terangnya.
Setelah beberapa menit
melakukan berorasi, para perajin tempe berjalan menuju ke pasar Weleri
untuk melakukan pengecekan tempe. Mereka juga memberitahukan kepada para
penjual bahwa mulai Senin, para perajin tempe se-Kendal mogok
berproduksi.
Sutrimo menambahkan, jumlah perajin tempe di
Kabupaten Kendal ada sekitar 254. Sedangkan kebutuhan di Primkopti Harum
Kendal, Weleri, mencapai 30 ton per minggunya. Pihaknya berharap harga
kedelai kembali normal, sehingga perajin tempe kembali normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar